Pemkot Malang Gaspol Turunkan Stunting, Angka Melorot Tajam

Kota Malang, inimalangraya.com,- Kota Malang terus berkomitmen untuk mencapai target zero stunting. Berdasarkan data terbaru, upaya ini telah menunjukkan hasil yang sangat baik dengan penurunan prevalensi stunting dari 25,7% pada tahun 2021 menjadi 17,3% pada September 2023. Bahkan pada bulan timbang September 2024, angka prevalensi stunting menurun lagi ke 8,1%, memperlihatkan dampak positif dari berbagai program pemerintah.
Sekretaris Daerah Kota Malang, Erik Setyo Santoso, mengungkapkan bahwa meskipun penurunan ini menunjukkan kemajuan, kasus stunting masih ditemukan di beberapa wilayah dan memerlukan intervensi intensif.
Kota Malang telah mengidentifikasi 12 kasus yang perlu penanganan khusus. Kasus ini tersebar di enam kelurahan, yaitu Pandanwangi, Bumiayu, Bandungrejosari, Dinoyo, Arjowinagun, dan Mulyorejo. Melalui kegiatan diseminasi di Balai Kota Malang, diharapkan berbagai pihak dapat bersinergi untuk memaksimalkan efektivitas program.
Faktor Penyebab Stunting
Pemkot Malang mencatat beberapa faktor penyebab stunting, termasuk paparan asap rokok (39,8%), rendahnya kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil (19,3%), dan kurangnya energi kronis (5,8%).
Selain itu, terdapat faktor lain seperti sanitasi yang kurang layak, kurangnya ASI eksklusif, serta aspek sosial-ekonomi yang juga memengaruhi risiko stunting. Pemkot menegaskan bahwa penyelesaian kasus stunting memerlukan keterlibatan semua pihak, termasuk masyarakat.
Pemkot Malang terus melakukan berbagai langkah strategis dalam menangani kasus stunting. Beberapa di antaranya adalah penyaluran bantuan pangan. Penyaluran tersebut seperti minifood estate dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, serta pengajuan bantuan bahan pangan protein tinggi melalui Baznas.
Dinas Kesehatan memberikan fasilitasi untuk kebutuhan medis spesialis. Sedangkan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) membantu melanjutkan pendidikan anak-anak terdampak stunting melalui program pendidikan non-formal.
Selain peran Pemkot, mitra pemerintah turut berkontribusi dengan menyediakan pendampingan psikologis dan konsultasi medis bagi anak-anak stunting. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Persatuan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), dan Kantor Urusan Agama (KUA) juga berperan dalam memberikan edukasi terkait kesehatan dan kehidupan berumah tangga.
Kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat penurunan angka stunting dan menciptakan generasi yang lebih sehat di Kota Malang.
BACA JUGA

