Sinopsis Film Sang Pencerah Kisah Perjalanan Kyai Haji Ahmad Dahlan yang Menjadi Panutan Masyarakat Muslim
Untuk kalian yang suka dengan film bergendre religi berikut kami sajikan sinopsis film berjudul Sang Pencerah yang cocok untuk kalian tonton bersama keluarga.
Dimana menjelang bulan suci Ramadan, film tentang tokoh agama Islam di Indonesia bisa menjadi pilihan untuk mengisi waktu luang.
Sang Pencerah adalah film drama biografi karya sutradara Hanung Bramantyo yang tayang dan sukses di bioskop pada 2010 lalu.
Film ini mengangkat kisah tokoh Muslim Kyai Haji Ahmad Dahlan yang berjuang meluruskan Islam di Yogyakarta sesuai Al-Qur’an dan Sunnah.
Sinopsis Sang Pencerah
Yogyakarta, abad ke-19. Di masa penjajahan Belanda, Islam di Yogyakarta bercampur dengan kesyirikan dan bid’ah (perkara baru dalam agama).
Tahun 1868 lahirlah Muhammad Darwis dari keluarga Kyai Haji Abu Bakar yang masih keturunan Maulana Malik Ibrahim, salah satu anggota Walisongo.
Sedari kecil, Darwis dikenal kritis dan diajarkan oleh ayahnya Islam yang sesuai petunjuk Rasulullah.
Di usia 15 tahun, Darwis berangkat ke Makkah untuk melaksanakan haji dan menuntut ilmu disana.
Lima tahun kemudian beliau kembali ke Indonesia dengan mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan dan melanjutkan tugas ayahnya untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat.
Dia menikah dengan Siti Walidah dan memiliki 6 anak darinya.
Dengan ilmu agama dan pengetahuan lain yang didapatnya selama belajar di Makkah, beliau berusaha meluruskan banyak hal yang salah dalam pelaksanaan ibadah, salah satunya adalah arah kiblat.
Hal ini mengundang keresahan dari para ulama senior yang menyebut beliau terkontaminasi pemikiran kaum barat, apalagi dengan menggunakan peralatan modern seperti peta dan kompas.
Di suatu tempat beliau mengajar mengaji, jumlah muridnya terus bertambah. Metode pengajaran menggunakan biola dan alat-alat modern, banyak menarik minat anak-anak dan pemuda sekitar.
Pada saat ini, beliau dan murid-muridnya mendapat kecaman dari masyarakat dan murid-murid para ulama senior, bahkan surau mereka kemudian dirobohkan.
Sempat hendak pergi dari Yogyakarta, beliau berhasil dibujuk oleh kakaknya untuk tetap berjuang di kotanya dan membiayai penuh pendirian kembali surau miliknya.
Comment