Fenomena Joki Strava: Pamer Prestasi Olahraga Palsu di Era Digital

inimalangraya.com,– Di era digital ini, aplikasi kebugaran seperti Strava bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, platform ini membantu penggunanya untuk melacak dan membagikan aktivitas olahraga, membangun komunitas, dan meningkatkan motivasi. Namun, di sisi lain, muncul fenomena baru yang meresahkan yakni, joki Strava.
Joki Strava adalah istilah yang mengacu pada individu yang dibayar atau diminta untuk melakukan aktivitas olahraga atas nama orang lain di aplikasi Strava. Fenomena ini mirip dengan joki tugas di dunia pendidikan, di mana seseorang membayar orang lain untuk menyelesaikan tugas atau ujian mereka.
Psikologi di Balik Joki Strava
Menurut Hudaniah, S.Psi., M.Si., dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), beberapa faktor psikologis mendorong fenomena ini:
- Kebutuhan untuk Berprestasi: Manusia memiliki dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan merasa puas dengan pencapaiannya. Di Strava, pencapaian ini diukur dengan performa olahraga dan pengakuan dari komunitas.
- Tekanan Media Sosial: Media sosial, termasuk Strava, menciptakan platform bagi individu untuk memamerkan prestasi dan mendapatkan pengakuan. Hal ini memicu rasa ingin terlihat lebih baik dan berprestasi di mata orang lain.
- Manipulasi dan Kecemasan: Joki Strava merupakan bentuk manipulasi untuk meraih prestasi dengan cara mudah. Namun, hal ini dapat menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran terbongkarnya “rahasia” tersebut.
Baca Juga: Polri Usul Perketat Kredit Leasing: Apa Alasannya?
Dampak Negatif Joki Strava
Fenomena ini membawa konsekuensi negatif, baik bagi individu maupun komunitas:
- Merusak Nilai Sportivitas: Joki Strava mencederai nilai-nilai sportivitas dan kerja keras dalam olahraga. Keinginan untuk diakui mengalahkan esensi olahraga itu sendiri.
- Memicu Ketidakpercayaan: Fenomena ini dapat merusak kepercayaan antar pengguna Strava, menciptakan keraguan terhadap validitas data dan prestasi yang ditampilkan.
- Dampak Psikologis: Bagi joki, dapat muncul rasa bersalah dan takut terbongkar. Bagi pengguna jasa joki, dapat timbul kecemasan, depresi, dan citra diri yang negatif.
Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Hudaniah memprediksi fenomena joki Strava tidak akan bertahan lama, seperti tren-tren yang pernah booming sebelumnya. Namun, penting bagi masyarakat untuk tidak tergoda oleh fenomena ini.
Olahraga pada dasarnya bertujuan untuk kesehatan. Lakukanlah secara bertahap sesuai kemampuan, tanpa perlu membandingkan diri dengan orang lain. Nikmati prosesnya, rasakan manfaatnya, dan raih prestasi dengan cara yang sportif.
Ingatlah, kesehatan mental dan nilai-nilai sportivitas jauh lebih penting daripada pengakuan semu di media sosial.
Sumber: umm.ac.id
 



Comment