Efek Kurang Tidur Berpotensi Picu Alzheimer

Virginia, inimalangraya.com – Peneliti baru temukan bukti bahwa efek kurang tidur berpotensi derita Alzheimer akibat pola tidur yang salah.
Penelitian ini terbut di jurnal Alzheimer’s & Dementia yang secara khusus mengamati hubungan antara REM sleep dan penyakit Alzheimer.
REM Sleep atau tidur dengan pola Rapid Eye Movement adalah tahap tidur saat sebagian besar mimpi terjadi.
Istilah ini muncul bagaimana mata bergerak di balik kelopak mata saat seseorang bermimpi. Selama tidur REM, aktivitas otak hampir sama dengan aktivitas otak saat terjaga.
REM sleep mencakup sekitar 25 persen dari total waktu tidur. Namun, apa hubungan antara REM sleep dan Alzheimer?
Christopher Winter, MD, seorang ahli saraf dan dokter pengobatan tidur di Charlottesville Neurology and Sleep Medicine sekaligus pembawa acara podcast Sleep Unplugged menjelaskan keterkaitannya.
Untuk penelitian tersebut, para peneliti mengamati berapa lama waktu yang dibutuhkan 123 orang untuk mencapai REM untuk pertama kalinya setelah tertidur.
Penelitian juga mencakup beberapa biomarker yang terkait dengan penyakit Alzheimer.
Dari peserta, 64 orang menderita penyakit Alzheimer dan 41 orang mengalami gangguan kognitif ringan, sedangkan yang lainnya memiliki fungsi kognitif normal.
Semua peserta menjalani studi tidur, serta pemindaian untuk biomarker yang mengindikasikan Alzheimer.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai tahap tidur REM lebih berpotensi alami penyakit Alzheimer.
Apakah Ada Hubungan Antara Efek Kurang Tidur Dan Alzheimer?
Alzheimer’s Society mencatat bahwa orang yang hidup dengan demensia cenderung memiliki masalah tidur, tetapi bukti saat ini belum jelas apakah kurang tidur merupakan faktor risiko penyakit tersebut.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek kurang tidur dapat meningkatkan risiko terkena Alzheimer.
Sebuah studi yang terbit pada November menemukan bahwa 35 persen orang yang dianggap kurang tidur kemudian mengembangkan sindrom risiko kognitif motorik (MCR).
MCR menjadi salah satu prekursor demensia.
“Efek kurang tidur terkait erat dengan penyakit Alzheimer,” kata W. Christopher Winter, MD,. “Sebaliknya, orang yang tidurnya cukup dan mendapatkan jumlah tidur yang konsisten pada jadwal yang konsisten, tampaknya dapat mengurangi risiko gangguan kognitif.”
Mengingat tidur yang baik berkaitan dengan kesehatan secara keseluruhan, tidak ada salahnya untuk mencoba meningkatkan kualitas tidur.
Tidur Berkualitas Kunci Atasi Lelah Otak
Winter menawarkan kiat-kiat berikut untuk membantu mendukung tidur yang baik. Pertama, tetapkan waktu tidur dan bangun yang tetap dan berusahalah semaksimal mungkin untuk mematuhinya.
Yang tak kalah penting adalah batasi alkohol dan kafein, terutama hindari kafein di sore hari.
Cobalah untuk aktif secara fisik dan berolahraga di pagi hari untuk mendukung siklus tidur dan bangun alami tubuh.
Jadi, rutinitas waktu tidur yang baik dan konsisten dapat membantu rileks di malam hari sehingga efek kurang tidur dapat diminimalisir.
BACA JUGA
